0
John Langshau Austin (1911—1960)

Bagi Asutin jauh lebih penting menyelidiki bahasa pergaulan dengan perbagai corak dan perbedaannya.
Gagasan yang disampaikan Austin adalah tentang
 Jenis ucapan dan (Utterances)
 Tindakan bahasa (Speech acts)
Karya-karya Austin di antaranya adalah
 How To Do Thing With Words (1962)
 Philosophical Papers (1961)
 Sense and Sensibilia (1962)
Diantara karya-karya tersebut yang secara khusus membahas tentang bahasa biasa adalah yang pertama, How To Do Thing With Words. Inilah yang memasukkannya ke dalam kelompok Ordinary Language Philosophy.

Mari kita bahas secara singkat tentang gagasan Austin
1. Jenis Ucapan (Utterances)
Austin membagi dua jenis ucapan dalam bahasa pergaulan, yaitu ucapan Konstatif (Constative Utterance) dan ucapan Performatif (Performative Utterance).
 Ucapan Konstatif (Constative Utterance)
Yaitu ucapan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah keadaan faktual. Jadi di dalamnya terkandung pernyataan yang memungkinkan pendengar melakukan pengujian secara empirik, atau berdasarkan pengalaman baik langsung atau tidak. Ukurannya tegas, yaitu benar atau salah.
Contohnya:
 Setiap sore saya melihat Zidan bermain bola di depan Masjid Jendral Sudirman.
 Sepeda Mbah Jito rusak sadelnya, sehingga hanya di tempatkan di dalam gubuknya.
 Hari ini di Yogyakarta hujan abu, gunung Merapi sedang meletus.
Pernyataan di atas adalah konstatif sebab kita dapat membuktikan benar atau salahnya peristiwa yang diceritakan dalam kedua ungkapan di atas, entah itu dengan menyelidiki atau bertanya atau kita datng langsung ke lokasi yang dimaksud.
“pada hakikatnya ucapan konstatif itu berarti membuat pernyataan yang isinya mengandung acuan historis atau peristiwa nyata.” (Austin)

 Ucapan Performatif (Performative Utterance)
“ucapan performatif tidak dapat dikatakan benar atau salah seperti halnya ucapan konstatif, melainkan laik atau tidak (happy or unhappy) untuk diucapkan seseorang.” (Austin).
Dalam ucapan performatif ini peran penutur sangat diutamakan.Untuk lebih jelasnya mari kita lihat contohnya.
 Ada pernyataan, “Saya mau makan daging ini (misal di sini daging Babi)”. Ungkapan seperti ini tidak laik (unhappy) jika yang mengucapkan adalah seorang santri pondok pesantren.
Jadi dikatakan bahwa, yang menjadi maslah utama dalam ucapan performatif adalah apakah penutur pantas atau mempunyai wewenang untuk mengucapkan sebuah pernyataan.

Menurut pandangan Austin, kita dapat mengetahui bentuk ucapan prformatif ini melalui ciri-ciri berikut:
 Diucapkan oleh orang pertama
 Orang yang mengucapkannya hadir dalam situasi tertentu
 Bersifat indikatif (mengandung pernyataan tertentu)
 Orang yang mengatkannya terlibat secara aktif dengan isi peryataan tersebut.

Akan tetapi, menurut Austin, keempat ciri ini belum menjamin kelaikan suatu ucapan diaktakan performatif. Ada beberapa prasyarat yang diajukannya agar ucapan performatif layak diucapkan, yaitu:
 Harus mengikuti prosedur yang lazim berlaku dalam suatu lingkungan tertentu yang menimbulkan akibat tertentu pula. Ini meliputi pengucapan kata yang pasti oleh orang-orang tertentu dalam keadaan pasti.
 Mereka yang terlibat dalam situasi yang melingkupinya (seperti janji, sumpah, penganugerahan, dan lain-lain) memang sudah selaiknya atau berkepentingan untuk mengucapkannya seesuai dengan prosedur yang ditempuhnya.
 Prosedutr itu harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat secara tepat.
 Harus dilaksanakan dengan sempurna.

Apabila keempat prasyarat itu tidak dilaksanakan/tidak dipatuhi, maka Austin tidak mengatakan ucapan performatif itu salah, tetapi tidak laik. Ucapan yang tidak laik oleh Austin dianggap sia-sia (void).
2. Tindakan Bahasa (speech Acts)
Tesis utama Austin mengenai tindakan bahasa berbunyi: “Dalam mengatakan sesuatu, berarti kita melakukan sesuatu pula.” Artinya setiap yang kita lontarkan menggambarkan apa yang akan kita lakukan. Menurut Austin, suatu tindakan bahasa tidak sekedar mengungkapkan gaya bicara si penutur, tetapi dapat mencerminkan tanggung jawab si penutur terhadap isi tuturan, dan dapat pula mengandung maksud tertentu untuk mempengaruhi orang lain. Inilah yang kemudian diistilahkan Austin dengan tindakan lokusi (lcutionary act), yaitu untuk mengungkapkan gaya bicara penutur; Illokusi (illocutionary act), yaitu yang mencerminkan tanggung jawab si penutur terhadap isi tuturan; dan perlokusi (perlocutionary act), yaitu apakah dalah sebuah pernyataan ada maksud tertentu untuk mempengaruhi atau tidak.
Share :

Komentar Facebook:

0 Komentar Blog:

About Me

My photo
seorag yag belajar unntuk hidup

Entri Populer

Total Pageviews

Followers