Kali ini kita akan membicarakan salah seorang filosof hermeneut modern. Tentu saja bukan Aristoteles haha. Ia adalah Wilhelm Dilthey. Nama lengkapnya adalah Wilhelm Christian Ludwig Dilthey (1833-1911). Ia dilahirkan di kota Biebrich di tepi sungai Rhain dalam keluarga Protestan Jerman yang terpelajar pada tanggal 19 November 1833. Atas dorongan ayahnya yang seorang pendeta di Nassau ia kemudian belajar teologi. Dia akhirnya belajar di Universitas Heidelberg. Di sana dia merasa sesak dengan suasana dogmatis sehingga memilih jalur kajian filsafat dalam langkah keilmuannya berikutnya. Kesalehan dalam lingkungan religiusnya yang sebelumnya tidak lagi relevan untuk kehidupan modern. Desertasi doktoralnya mengenai Schleiermacher. Dilthey bisa dikatakan sebagai pejuang kebudayaan pada masa hidupnya. Dia dihadapkan dengan materialisme yang dibawa oleh elite industrial yang sedang naik juga oleh kaum buruh yang cenderung Pragmatis. Di antara karyanya adalah Einleitung in die Geisteswissenschaften (1883), Ideen Uber Eine Beschreibende und Zergliedernde Psychologie (1894), Die Enstehung der Hermenutik (1900), Der Aufbau der Geschichtlichen Welt in den Geiteswissenschaften (1910). Baiklah kita akan membahas sedikit mengenai hermeneutika Dilthey.
Memahami bagi Dilthey masih sama
dengan Schleiermacher yang masih bercirikan kognitif. Memahami adalah proses
kognitif dan reflektif untuk menghadirkan makna seutuh—utuhnya ke dalam
kesadaran peneliti. Dalam hal cara menghadirkan kembali makna ke dalam
kesadaran ini lah Dilthey memiliki kekhasan jika dibandingkan dengan
Schleiermacher mengenai pengertian memahami. Kenapa? Karena pertama, menurut
Dilthey memahami bukanlah empati psikologis sebagaimana yang sudah diutarakan
oleh Schleiermacher. Orang bisa dianggap paham kepada sebuah makna atau atas
obyek-obyek bukan karena dia mewakili perasaan-perasaan mereka melainkan lebih
karena dia bisa merekonstruksi maknanya secara rasional. Memahami meskipun
menyangkut penghayatan tidak diperoleh dengan merasakan kembali penghayatan
mereka melainkan dengan menemukan kembali makna yang tersedia di dalam
obyek-obyek historis. Karena itulah menurut Dilthey jika kita sungguh-sungguh
dengan pendirian bahwa memahami adalah proses epistemologis maka kita
seharusnya dengan rela melepaskan diri dari penertian empati psikologis
sebagaimana yang dikembangkan oleh Schleiermacher.
Kedua, meskipun Dilthey
sepakat bahwa memahami memang proses kognitif, memahamai termasuk ke dalam
wilayah metodologis, namun lebih dari Schleiermacher ia memperluas obyek
pemahaman dengan cara memperluas pengertian teks. Dengan cara mendefinisikan
teks sebagai “struktur simbolis dalam kehidupan historis” ia telah memperluas
obyek pemahaman dari hanya sekedar teks tertulis kepada teks yang berarti dunia
sosial-historis pada umumnya. Perluasan ini dtambahinya dengan spesialisasinya
terhadap konsep verstehen dengan erklaren. Memang memahami
merupakan kemampuan yang sudah ada di dalam intuisi seseorang. Akan tetapi,
jika seseorang ingin memahami dunia sosial-kultural orang harus memiliki
kompetensi metodologis untuk memahami. Hal ini diperlukan agar memahami tidak
terseret ke dalam ruang subyektivitas.
Ketiga, bagi Dilthey memahami
dilakukan bukan dengan cara mengambil jarak dari obyek sebagaimana yang terjadi
dalam penelitian ilmu alam. Ia merupakan filosof
hermeneut yang menerobos teori-teori Descartes mengenai jarak antara obyek dan
subyek. Pemisahan antara obyek dan subyek tidak bisa
dilakukan lagi dalam dunia sosial-historis karena makna dalam ruang ini hanya
dapat ditangkap jika kita memperlakukan hal-hal dalam dunia sosial sebagai karya
atau ungkapan seniman. Di sinilah Dilthey tidak hanya memecah kcenderungan
psikologis Schleiermacher melainkan juga berusaha menerobos anggapan Cartesian
yang selalu memisahkan antara subyek dan obyek dlam setiap aktivitas
pengetahuan, walaupun pada zamannya di mana positivis berkuasa, usaha ini tidak
banyak mempertontonkan keberhasilan.
0 Komentar Blog: